Senin, 07 Juni 2010

Terpikirkan.

Seperti bintang yang kemerlap, seperti kunang yang berterbangan. Hah. Subhanallah, rasanya begitu mencekik namun indah dibuatnya. Menikmati apa yang memang orang lain nikmati, mengalir bagai sekumpulan angsa yang berenang.
Beginilah rasanya, seperti mimpi. Andai benar mimpi, aku tak pernah ingin bangun. Andai ini nyata, maka serasa aku tak ingin tertidur. Tidak salah, tetapi benar yang diterka. Mulai dari mata hingga kehati, semua merasakan apa yang aku tulis.
Tapi ini adalah awal dari sebuah kebodohan, yang membuat aku lena. Membuat lupa akan hakekat yang utama, membuat semu semua kewajiban.
Bukan hati yang meminta, tapi ini tak ku sangka. Begitu saja dia datang, tanpa uluran tangan, tanpa sambutan hangat. Bisakah kau jawab ini semua, wahai yang terpikirkan?
Tapi serasa kau bungkam dengan angkuhmu, kau tuli dengan perasaanmu. Apakah layak yang seperti kau yang selalu terpikirkan? Sungguh, ini adalah penyakit hati yang menyakitkan.
Kau, kau.. Tidakkah kau tahu aku kini? Tidakkah kau tahu diri ini?
Maka sedikitlah ucapkan kata, untuk hatiku, bukan egomu. Sedikit kau menyibakkan senyum, jadi hadiah besar langkah ini.

Kau.. Kau..
kau yang selalu terpikirkan.